ABU CINGKRIK

Abu Cingkrik adalah seorang perempuan yang pernah berada di Kecamatan Surade. Beliau sangat terkenal waktu itu, namun mempunyai sikap yang aneh.

Abu Cingkrik nama aslinya yaitu Siti Julaeha, asal Cirebon dan menurut cerita beliau adalah istri Kangeng Sultan Cirebon (betul atau tidaknya, ini merupakan keterangan yang kami peroleh hasil wawancara dari orang-orang yang pernah kedatangan, pernah menginap dirumahnya atau pernah bersama Abu Cingkrik).

Menurut cerita, Abu Cingkrik itu berperawakan semampai, cantik, kulit kuning, rambutnya galing ikat. Beliau berkelana menjauhi pendopo Kesultanan karena suatu waktu beliau kurang baik melayani Kangjeng Sultan, sehingga beliau harus meninggalkan Kesultanan. Itu mungkin merupakan adat istiadat Kesultanan waktu itu.(mungkin begitu adat istiadatnya, karena penulis juga tidak tahu persis adat istiadat atau aturan Kesultanan waktu itu), tapi setiap istri Sultan yang pernah cela melayani Sultan harus meninggalkan Kesultanan Cirebon.

Ada hal yang menarik untuk ditulis, yaitu beliau datangnnya hampir bersamaan dengan datangnya Belanda ke Surade. Abu cingkrik suka di jadikan tanda-tanda atau ciri oleh orang Surade. (Sumber Ki Adung).

Pekerjaan Abu Cingkrik yaitu menelusuri pesisir pantai, beliau suka berkeliling pesisir pantai dan yang anehnya lagi Abu Cingkrik suka memegang

Bahkan beliau yang meletuskan bom simpenan Jepang di Karang bolong, di Pandanjangkung. (Sumber : Bpk. Eji - Cikujang).

Selain itu Abu Cingkrik suka menolong orang yang sedang mengalami kesusahan, sehingga Abu Cingkrik di kenang oleh orang Surade, terutama oleh orang-orang yang pernah kedatangan Abu Cingkrik.

Menurut cerita Ma H. Atikah, Sukarama (beliau berusia di atas 100 tahun, dan meninggal pada tahun 2012, dan beliau merupakan nenek penulis sendiri)

Menurut beliau bahwa suatu waktu beliau akan membedah leuwi di Cimandala, sorenya datang Abu Cingkrik. Abu Cingkrik datang hanya mengenakan sarung saja ( tidak pakai baju), dipundaknya kirinya ada tanda hitam. Abu Cingkrik orangnya pendiam, kalau di ajak ngobrol baru dia menjawab tapi kalau tidak beliau berdiam diri saja bahkan kalau menjawabnya pun hanya cukup dengan ucapan…hem…. 

Malamnya Ma H. Atikah tidur berdampingan dengan Abu Cingkrik dan saat itu beliau minta di do'akan akan keberhasilan memanen ikan di situnya, Abu cingkrik hanya berujar..hem… 

Dan paginya Abu Cingkrik berangkat kembali entah kemana. Diajak makanpun dia tidak mau. Pada saat memanen ikan di situ tersebut ternyata hasilnya sangat menggembirakan bahkan selama ini hasilnya tidak pernah sebanyak waktu itu. Orang-orang (puluhan) yang ikut dari daerah Jagamukti, Gunungsungging dan Cipeundeuy bahkan dari Surade, pulangnya membawa ikan dengan dipikul yaitu sekitar 2 kantongan. Wallahu alam.

Ma Neuneu (ma paraji dari Cijambe) yang pernah ikut dengan Abu Cingkrik mengatakan bahwa kalau berjalan dengan Abu Cingkrik tidak terasa cape, bahkan pernah waktu itu Abu Cingkrik mau ke Cirebon, dan ma Neuneu mau ikut. Oleh Abu Cingkrik ma nene disuruh memejamkan mata dan setelah dibuka ternyata sudah berada ditempat tujuan.

Abu Cingkrik leuwih dikenal ku sabab anjeuna anu ngucutkeun bom simpenan Jepang tahun 1943 di Pandanjangkung-kuloneun Karangbolong-Bondonyorot sisi Cicaladi.

Ari pupusna siga anu apal kana iraha ajalna, margi weungina anjeuna mungkus nyalira waktu sarena disimbut boeh ku anjeuna nyalira, teras ku masyarakat Kutamara di kuburkeun di sisi basisir Kutamara - Cibungur (pupus tahun 1950) tapi aya nu nyebutkeun tahun 1960.

000O00



Demikian Catatan Kecil tentang :
Terima kasih atas kunjungannya dan "Selamat Berkreasi Semoga Sukses"

Selanjutnya 
« Prev Post
 Sebelumnya
Next Post »

Catatan Terkait



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan tulis komentar / saran-sarang yang membangun di sini !

ABU CINGKRIK