Harapan masyarakat Jampangkulon di masa yang akan datang




Jampangkulon hari ini berdiri sebagai sebuah wilayah yang tidak hanya mewarisi jejak panjang sejarah Pajampangan, tetapi juga menjadi titik simpul dari harapan-harapan baru. Dari lereng perbukitan, aliran sungai, hingga hamparan sawah yang membentang luas, setiap jengkal tanahnya dan di setiap batu nisan tua di pemakaman leluhur, menyimpan cerita pengorbanan dan keteguhan hati. Di sinilah jejak masa lalu menyatu dengan denyut kehidupan masa kini, membentuk identitas masyarakat yang kuat, religius, dan berakar pada tradisi luhur.

Di tengah dinamika zaman modern dengan arus globalisasi, digitalisasi, hingga perubahan gaya hidup generasi muda, Jampangkulon tetap menyimpan daya tarik sebagai daerah yang kaya akan potensi, baik sumber daya alam, manusia, maupun kultural. Namun, harapan itu tidak akan menjadi nyata tanpa sebuah rencana kolektif dan kesadaran sosial yang mendalam.

Harapan untuk masa depan Jampangkulon bukan sekadar wacana, melainkan sebuah kebutuhan yang berakar dari pengalaman masa lalu dan cita-cita generasi muda saat ini. Dalam refleksi ini, kita melihat bagaimana masyarakat menginginkan kemajuan yang tidak hanya terfokus pada pertumbuhan ekonomi, tetapi juga pembangunan pendidikan, penguatan budaya, stabilitas politik lokal, serta kelestarian lingkungan.

"Urang Jampang ulah ngan ukur nyekel kana carita baheula. Carita baheula mah kudu jadi cermin. Nu penting kumaha urang ngajaga jeung ngabangun lembur pikeun anak incu urang, sangkan teu leungit ku jaman"

(Orang Jampang jangan hanya berpegang pada cerita lama. Cerita masa lalu harus jadi cermin. Yang penting adalah bagaimana kita menjaga dan membangun kampung untuk anak-cucu, agar tidak hilang oleh zaman)

Ungkapan kiasan tersebut mencerminkan harapan ke depan bahwa: Jampangkulon harus mampu menjaga warisan sejarah sambil membuka diri terhadap transformasi masa depan.

Beberapa harapan masyarakat Jampangkulon di masa yang akan datang yang dapat kami kategorikan sebagai berikut :

1.   Harapan di bidang Pendidikan

"Urang Jampang ulah ngan ukur nyekel kana carita baheula. Carita baheula mah kudu jadi cermin. Nu penting kumaha urang ngajaga jeung ngabangun lembur pikeun anak incu urang, sangkan teu leungit ku jaman"

Masyarakat Jampangkulon menyadari bahwa kunci kemajuan terletak pada pendidikan. Jika pada masa lalu para pejuang mempertaruhkan nyawa untuk merebut kemerdekaan, maka kini generasi muda dituntut untuk “berjuang” melalui ilmu pengetahuan. Banyak tokoh masyarakat mengungkapkan harapannya agar sekolah-sekolah di pelosok desa semakin diperkuat, guru-guru mendapatkan perhatian lebih, dan para pelajar tidak hanya mengejar gelar, tetapi juga menjunjung nilai-nilai kearifan lokal.

Harapan masyarakat Jampangkulon di bidang Pendidikan antara lain :

  • Memiliki pusat pendidikan unggulan berbasis lokal, yang mengintegrasikan ilmu modern dengan kearifan budaya Sunda.
  • Agar sekolah-sekolah di Jampangkulon mendapat fasilitas laboratorium, teknologi informasi, dan perpustakaan modern.
  • Kehadiran kampus atau sekolah tinggi berbasis lokal sangat diidamkan agar generasi muda tidak harus keluar daerah untuk melanjutkan pendidikan.
  • Pendidikan Berbasis Budaya Lokal, yaitu pembelajaran diharapkan tidak hanya berfokus pada akademis, tetapi juga memasukkan nilai-nilai sejarah lokal, seni dan budaya sunda Pajampangan serta kearifan lokal masuk dalam kurikulum muatan lokal.
  • Digitalisasi Sekolah Desa, agar anak-anak di pedesaan tidak tertinggal dalam teknologi.
  • Beasiswa Lokal yaitu dukungan dari pemerintah dan komunitas perantau Jampangkulon untuk anak-anak berprestasi dan kurang mampu.

2.   Harapan dalam Bidang Pembangunan dan Infrastruktur

"Pembangunan adalah bahasa masa depan, dan infrastruktur adalah tulang punggung kemajuan."

Pembangunan di Jampangkulon pada masa kini memang mengalami kemajuan dibandingkan dekade sebelumnya, namun masyarakat masih berharap pada pemerataan dan peningkatan kualitas. Infrastruktur jalan raya, jembatan, irigasi, serta fasilitas publik lainnya diharapkan dapat semakin baik untuk mendukung mobilitas dan aktivitas ekonomi masyarakat.

Banyak warga Jampangkulon yang berharap akses transportasi menuju pusat kota Sukabumi, Pelabuhan Ratu, maupun Bogor dan Bandung dapat semakin lancar. Jalan-jalan pedesaan yang menghubungkan sentra pertanian dengan pasar juga menjadi perhatian, sebab dari sanalah roda ekonomi masyarakat berputar. Harapan ini muncul bukan hanya agar aktivitas harian lebih mudah, tetapi juga agar wilayah Jampangkulon tidak lagi terkesan terpinggirkan.

Harapan-harapan di bidang Pembangunan dan Infrastruktur, dapat di kategorikan sebagai berikut :

a.   Jalan & Transportasi

  • Jalan raya dan jalan desa diperbaiki serta diperluas agar distribusi hasil pertanian lebih lancar.
  • Tersedianya transportasi umum yang layak dan terjangkau.
  • Pembangunan jembatan dan akses jalan alternatif agar mobilitas lebih cepat.

b.   Energi & Listrik

  • Pemanfaatan energi terbarukan (mikrohidro, tenaga surya) di daerah terpencil.

c.   Air Bersih & Irigasi

  • Pembangunan sarana air bersih di tiap desa.
  • Irigasi pertanian modern untuk mendukung sawah dan perkebunan.
  • Program konservasi sungai dan sumber mata air.

d.   Telekomunikasi & Digital

  • Sinyal internet dan seluler merata, tidak hanya di pusat kecamatan.
  • Pembangunan infrastruktur digital untuk mendukung pendidikan online, UMKM, dan pariwisata.

e.   Fasilitas Publik

  • Pembangunan rumah sakit daerah yang lebih lengkap.
  • Pasar tradisional yang tertata modern dan bersih.
  • Gedung olahraga, taman, dan ruang publik untuk interaksi sosial masyarakat.

f.   Pariwisata & Ekonomi Lokal

  • Pembangunan akses jalan ke destinasi wisata.
  • Fasilitas pendukung (penginapan, pusat informasi, kuliner lokal).
  • Wisata berbasis masyarakat (community-based tourism) agar warga ikut sejahtera.

Jadi, masyarakat Jampangkulon berharap pembangunan infrastruktur yang merata dan berkelanjutan dari jalan, listrik, air, telekomunikasi, hingga fasilitas public agar potensi ekonomi, pariwisata, dan kesejahteraan sosial bisa berkembang lebih cepat.

3.   Harapan dalam Bidang Ekonomi dan Pertanian

"Pertanian bagaikan akar, ekonomi bagaikan batang; jika keduanya kuat, maka pohon kehidupan Jampangkulon akan kokoh dan rindang."

Sebagai wilayah yang masih kuat dengan tradisi agraris, masyarakat Jampangkulon menaruh harapan besar pada peningkatan hasil pertanian. Sawah, ladang, kebun, dan hasil bumi diharapkan tidak hanya mencukupi kebutuhan sehari-hari, tetapi juga mampu memberikan kesejahteraan.

Para petani berharap adanya dukungan teknologi pertanian modern yang dapat meningkatkan produktivitas. Sementara itu, generasi mudanya mulai memandang sektor kreatif dan Usaha Kecil Menengah (UKM) sebagai peluang baru. Dengan potensi alam yang melimpah, masyarakat berharap produk-produk lokal Jampangkulon, seperti beras, gula aren, kopi, hingga kerajinan tangan dapat menembus pasar regional bahkan nasional.

Harapan ekonomi ini senantiasa disertai dengan doa agar masyarakat tidak hanya sejahtera secara materi, tetapi juga tetap menjaga kelestarian alam yang menjadi sumber kehidupan mereka.

a.   Ekonomi

Sebagian besar masyarakatnya menggantungkan hidup dari pertanian, perdagangan kecil, dan hasil alam. Namun, nilai tambah ekonomi sering tidak dirasakan langsung oleh petani, karena lemahnya akses pasar yang memadai dan infrastruktur. Harapan masyarakat untuk meningkatkan perekonomian :

  • Penguatan UMKM dan ekonomi kreatif (kuliner, kerajinan tangan, batik, produk lokal).
  • Pusat perdagangan modern dan pasar tradisional yang tertata, agar hasil bumi dapat dipasarkan lebih baik.
  • Akses permodalan dan koperasi petani yang transparan, sehingga tidak bergantung pada tengkulak.
  • Pengembangan pariwisata berbasis ekonomi lokal, misalnya wisata kebun kopi, wisata sawah, atau homestay.
  • Peningkatan lapangan kerja lokal agar generasi muda tidak perlu merantau jauh.

b.   Pertanian

Pajampangan (wilayah selatan Sukabumi: Jampangkulon, Cimanggu, Surade, Cibitung, Kalibunder, Tegalbuleud, Ciracap dan Ciemas) sejak lama dikenal subur dengan sawah, ladang, dan perkebunan. Jampangkulon sejak lama dikenal subur dengan sawah, ladang, dan perkebunan. Namun, pengelolaan pertanian masih tradisional, bergantung pada musim hujan, dan infrastruktur irigasi belum optimal. Kerusakan hutan di kawasan Puncak Buluh dan hutan Pasirpiring juga menurunkan daya serap air, berdampak pada kekeringan di lahan pertanian.

Beberapa harapan masyarakat dalam bidang pertanian, diantaranya :

  1. Modernisasi Pertanian
    • Pemakaian teknologi pertanian (alat mesin, bibit unggul, pupuk organik).
    • Pendidikan dan pelatihan untuk petani muda agar melek digital (smart farming).
  2. Diversifikasi & Nilai Tambah Produk
    • Tidak hanya menjual hasil mentah, tetapi juga produk olahan (kopi bubuk, gula aren kemasan, keripik singkong, olahan kelapa).
    • Membuka akses pasar lebih luas hingga kota besar bahkan ekspor.
  3. Stabilisasi Harga & Perlindungan Petani
    • Kebijakan pemerintah untuk menjaga harga hasil panen agar petani tidak merugi.
    • Koperasi petani yang transparan, agar tidak tergantung tengkulak.
  4. Penguatan Infrastruktur Irigasi
    • Revitalisasi sarana irigasi yang ditopang pembangunan waduk atau embung air untuk mengairi ribuan hektar lahan pertanian di 9 (sembilan) kecamatan yaitu Jampangkulon, Cimanggu, Kalibunder, Surade, Cibitung, Ciracap, Ciemas dan Tegalbuleud).
    • Pembangunan jaringan irigasi terpadu agar distribusi air lebih merata.
    • Konservasi sungai dan mata air agar suplai air bersih dan irigasi tetap terjaga.
  5. Pertanian & Perkebunan Berkelanjutan
    • Penggunaan pupuk organik dan teknik ramah lingkungan agar tanah tidak rusak.
    • Diversifikasi pertanian yang menjaga keseimbangan ekosistem.
  6. Peningkatan Taraf Hidup
    • Dengan irigasi lancar, hasil panen meningkat, petani lebih sejahtera.
    • Pertanian produktif akan mendukung ekonomi Pajampangan secara keseluruhan, mengurangi kemiskinan, dan memperkuat ketahanan pangan lokal. Jadi, visi besar masyarakat Pajampangan adalah membangun sistem pertanian modern, berbasis lingkungan lestari (hutan lindung & resapan air terjaga), dengan infrastruktur irigasi kuat (waduk/embung), sehingga kesejahteraan petani dan ekonomi daerah meningkat berkelanjutan.

4.   Harapan dalam Pelestarian Budaya dan Identitas

"Ngaraksa budaya jeung alam téh sami sareng ngaraksa jati diri urang. Lamun ngan ukur ngudag kamajuan tanpa mikirkeun akar, Jampang bakal leungit sajarahna"

Menjaga budaya dan alam sama dengan menjaga jati diri kita. Jika hanya mengejar kemajuan tanpa memikirkan akar, Jampang akan kehilangan sejarahnya.

Ungkapan ini mencerminkan bahwa Jampangkulon harus mampu menjaga warisan sejarah sambil membuka diri terhadap transformasi masa depan.

Masyarakat Jampangkulon memiliki kebanggaan pada tradisi budaya yang diwariskan nenek moyang. Kesenian seperti gondang, degung, pencak silat, hingga wayang golek adalah warisan budaya Jampangkulon yang tak ternilai dan diharapkan tidak hanya dipentaskan saat hajatan, tetapi juga dijadikan bagian kurikulum sekolah atau festival budaya tahunan maupun integrasi dalam pariwisata.

Harapan mereka ialah agar budaya ini tidak hilang ditelan zaman. Mereka ingin generasi muda tetap mengenal dan mencintai kesenian tradisional. Sekolah-sekolah, sanggar seni, dan komunitas lokal diharapkan mampu menjadi penjaga warisan budaya ini.

Lebih dari sekadar hiburan, masyarakat percaya bahwa pelestarian budaya juga merupakan pelestarian jati diri, yang membedakan Jampangkulon dengan daerah lainnya. Harapannya, budaya lokal dapat bersanding dengan modernitas tanpa kehilangan ruhnya.

"Budaya urang moal leungit lamun urang sorangan anu ngajaga. Urang kudu ngajarkeun ka budak leutik yén tari ronggeng téh lain ukur hiburan, tapi bagian tina sajarah jeung harga diri urang."

(Budaya kita tidak akan hilang jika kita sendiri yang menjaganya. Kita harus mengajarkan kepada anak-anak kecil bahwa tari ronggeng bukan hanya hiburan, tetapi bagian dari sejarah dan harga diri kita)

Beberapa harapan masyarakat Jampangkulon yang dapat kami simpulkan dalam Pelestarian Budaya dan Identitas Lokal adalah :

a.   Pelestarian Bahasa & Tradisi Lokal

  • Bahasa Sunda Pajampangan tetap diajarkan di sekolah dan keluarga.
  • Tradisi adat seperti hajat bumi, seren taun, ngaruat lembur, mitembeyan tetap dijaga sebagai identitas sosial.

b.   Penguatan Seni Tradisi

  • Revitalisasi seni pencak silat, ronggeng, jaipongan, karawitan dengan melibatkan generasi muda.
  • Penyediaan sanggar seni di tiap desa sebagai pusat kegiatan budaya.
  • Festival budaya tahunan yang menampilkan kesenian lokal.

c.   Integrasi Budaya dalam Pendidikan

  • Muatan lokal berbasis budaya Sunda Pajampangan dalam kurikulum sekolah.
  • Guru seni dan budaya diperkuat agar siswa mengenal warisan daerahnya.

d.   Pemanfaatan Teknologi & Media Digital

  • Dokumentasi dan digitalisasi kesenian lokal (video, e-book, rekaman musik).
  • Promosi budaya melalui media sosial, agar dikenal generasi muda dan wisatawan.

e.   Pengembangan Wisata Budaya

  • Paket wisata budaya (belajar gamelan, pencak silat, kuliner tradisional).
  • Kolaborasi seni tradisi dengan pariwisata di kawasan Ujunggenteng–Ciletuh Geopark.

f.   Perlindungan & Apresiasi Seniman Lokal

  • Pemberian ruang, bantuan dana, dan penghargaan bagi budayawan/seniman lokal.
  • Regenerasi seniman muda melalui pelatihan intensif.

g.   Identitas & Kebanggaan Lokal

  • Menumbuhkan rasa bangga masyarakat, khususnya anak muda, bahwa budaya Sunda Pajampangan adalah kekayaan yang harus dilestarikan.
  • Budaya bukan hanya warisan, tetapi juga modal sosial dan ekonomi.

h.   Solidaritas Sosial dan Gotong Royong

Harapan terbesar masyarakat tetap berpijak pada nilai lama: gotong royong. Jika dahulu semangat ini menjadi kekuatan dalam mengusir penjajah, maka di masa depan, gotong royong diyakini masih relevan untuk menghadapi tantangan modern seperti kemiskinan, pengangguran, dan kerusakan lingkungan. Gotong royong adalah ruh Jampangkulon—nilai yang mengikat semua generasi untuk tetap saling membantu.

"Selama masih ada kebersamaan, Jampangkulon tidak akan kehilangan arah"

Dengan demikian, harapan besar masyarakat Jampangkulon adalah melestarikan bahasa, seni, adat, dan kearifan lokal Pajampangan agar tetap hidup, diwariskan ke generasi muda, sekaligus menjadi kekuatan ekonomi kreatif dan pariwisata berkelanjutan


5.   Harapan dalam Bidang Religi dan Keagamaan

"Religi bukan sekadar ritual, melainkan nafas kehidupan. Semoga masyarakat Jampangkulon tumbuh dalam keberkahan, dengan iman yang menguatkan dan akhlak yang mempersatukan"

Sebagai masyarakat yang religius, kehidupan spiritual menjadi salah satu pilar utama Jampangkulon. Tradisi keagamaan seperti tahlilan, haul, pengajian, hingga doa bersama di makam leluhur masih terjaga.

Masyarakat berharap, ke depan nilai-nilai religius ini tetap menjadi pegangan dalam menghadapi perubahan zaman. Mereka menginginkan generasi muda tetap berakar pada iman, akhlak, serta kearifan agama. Masjid, pesantren, dan majelis taklim diharapkan terus berkembang menjadi pusat ilmu dan pembinaan umat.

Mayoritas masyarakat Jampangkulon beragama Islam, dengan tradisi keagamaan kuat sejak masuknya dakwah Islam di Tatar Sunda. Pondok pesantren, madrasah, dan mushola menjadi pusat pendidikan moral sekaligus sosial. Nilai religius menyatu dengan budaya lokal, misalnya dalam tradisi hajat bumi, mauludan, rajaban, dan tahlilan. Peran ulama dan kiai sangat berpengaruh dalam kehidupan masyarakat, termasuk dalam perjuangan melawan penjajahan. Lebih jauh lagi, masyarakat berharap bahwa identitas keagamaan ini mampu menjadi penyeimbang dalam menghadapi derasnya arus globalisasi.

Beberapa harapan masyarakat Jampangkulon dalam Bidang Religi & Keagamaan, diantaranya :

a.   Penguatan Pendidikan Keagamaan

  • Peningkatan kualitas madrasah, TPQ, dan pesantren di seluruh pelosok.
  • Dukungan sarana belajar agama yang lebih baik (perpustakaan Islam, laboratorium Al-Qur’an).
  • Beasiswa untuk santri berprestasi agar dapat melanjutkan pendidikan lebih tinggi.

b.   Pelestarian Nilai Religius dalam Kehidupan Sehari-hari

  • Menguatkan budaya akhlakul karimah di tengah arus globalisasi.
  • Menumbuhkan semangat gotong royong dan kepedulian sosial berbasis nilai agama.

c.   Pengembangan Sarana Ibadah

  • Pembangunan dan perbaikan masjid/mushola hingga pelosok desa.
  • Penyediaan fasilitas ibadah yang ramah anak, perempuan, dan penyandang disabilitas.
  • Pemeliharaan masjid tua bersejarah sebagai aset budaya-religi.

d.   Pemberdayaan Pesantren & Ulama

  • Pesantren sebagai pusat pendidikan, ekonomi umat, dan benteng moral masyarakat.
  • Penguatan peran ulama/kiai dalam membimbing masyarakat menghadapi tantangan modern (narkoba, degradasi moral, intoleransi).

e.   Kerukunan Antarumat Beragama

  • Membangun sikap toleransi dan saling menghormati antar pemeluk agama.
  • Dialog dan kerja sama lintas iman dalam kegiatan sosial kemasyarakatan.

f.   Pemberdayaan Ekonomi Umat

  • Optimalisasi zakat, infak, sedekah, dan wakaf (ZISWAF) untuk pemberdayaan masyarakat miskin.
  • Pengembangan koperasi syariah atau BMT berbasis masjid/pesantren.

g.   Generasi Muda Religius & Kreatif

  • Membina remaja masjid agar aktif dalam kegiatan positif (kajian, seni islami, kewirausahaan).
  • Menjadikan nilai agama sebagai inspirasi kreativitas di bidang seni, budaya, dan teknologi.

Jadi, harapan masyarakat Jampangkulon dalam bidang religi dan keagamaan adalah membangun generasi beriman, berakhlak mulia, dan toleran, dengan dukungan pesantren dan masjid sebagai pusat pendidikan, spiritual, serta pemberdayaan ekonomi umat.


6.   Harapan terhadap Pelestarian Alam

"Hutan, sungai, dan sawah adalah warisan leluhur. Menjaganya sama dengan menjaga nadi kehidupan generasi yang akan datang."

Dengan kondisi geografis yang dikelilingi hutan, sawah, sungai, dan perbukitan, masyarakat Jampangkulon sadar bahwa kelestarian alam adalah kunci kehidupan. Harapan besar mereka adalah agar hutan tidak habis ditebang, sungai tidak tercemar, dan sawah tetap produktif./p>

Mereka berharap ada kesadaran kolektif untuk menjaga lingkungan, baik melalui kearifan lokal seperti larangan menebang pohon sembarangan, maupun melalui kebijakan pemerintah yang berpihak pada kelestarian./p>

Alam bagi masyarakat Jampangkulon bukan hanya sumber penghidupan, tetapi juga bagian dari identitas mereka sebagai orang Sunda yang hidup menyatu dengan alam.

"Alam adalah kitab tanpa huruf. Membacanya butuh hati, merusaknya berarti buta akan hikmah kehidupan"

Dahulu hutan di Pasirpiring, Puncak Buluh dan sekitarnya berfungsi sebagai hutan lindung dan daerah resapan air, namun sebagian berubah menjadi hutan produksi sehingga daya serap air berkurang. Eksploitasi sumber daya alam tanpa kontrol (penebangan, tambang ilegal, konversi lahan) menimbulkan kerusakan ekosistem. Masyarakat hidup berdampingan dengan alam, namun juga menghadapi ancaman bencana alam (banjir, longsor, tsunami).

Harapan Masyarakat Jampangkulon terhadap Pelestarian Alam, diantaranya :

a.   Pengembalian Fungsi Hutan Lindung

  • Mengembalikan status hutan produksi di Pasiripiring dan Puncak Buluh menjadi hutan lindung kembali sebagai daerah resapan air dan penyangga lingkungan.
  • Program reboisasi (penghijauan) dengan melibatkan masyarakat, pelajar, dan lembaga adat.

b.   Pengendalian Tambang & Illegal Logging

  • Penertiban aktivitas penebangan liar dan tambang ilegal.
  • Penegakan hukum terhadap perusakan lingkungan.

c.   Mitigasi Bencana Alam

  • Edukasi kesiapsiagaan masyarakat menghadapi gempa, longsor, dan tsunami.
  • Pembangunan sistem peringatan dini dan jalur evakuasi di daerah rawan bencana.

d.   Ekowisata & Edukasi Lingkungan

  • Mengembangkan ekowisata berbasis masyarakat (community-based ecotourism).
  • Edukasi lingkungan di sekolah, pesantren, dan masyarakat umum agar cinta alam sejak dini.

Intinya, masyarakat Pajampangan berharap alam tetap lestari, hutan berfungsi sebagai resapan air, pantai dan laut tetap terjaga, serta pembangunan pertanian dan pariwisata dilakukan tanpa merusak lingkungan demi kesejahteraan jangka panjang dan keselamatan generasi mendatang.


7.   Harapan untuk Generasi Muda

Generasi muda menjadi kunci masa depan Jampangkulon. Harapan masyarakat adalah agar mereka tidak tercerabut dari akar budaya dan sejarahnya. Meski diperbolehkan merantau, masyarakat berharap para pemuda tetap ingat akan kampung halaman, bahkan kelak kembali untuk membangun tanah kelahirannya.

Masyarakat mendambakan generasi muda yang kreatif, berpendidikan tinggi, beriman, sekaligus bangga dengan identitas Pajampangan. Harapan ini sering diungkapkan dalam berbagai kesempatan, baik dalam musyawarah desa, acara adat, maupun percakapan sehari-hari.

Sejak masa perjuangan kemerdekaan, pemuda di Pajampangan ikut bergerak sebagai pejuang rakyat. Di tingkat sosial, pemuda menjadi motor kegiatan gotong royong, seni budaya, dan keagamaan. Namun, banyak generasi muda yang merantau karena lapangan kerja di daerah terbatas, sehingga potensi lokal kurang digarap.

Harapan untuk Generasi Muda Pajampangan, diantaranya :

a.   Pendidikan & Keterampilan

  • Generasi muda memperoleh akses pendidikan tinggi dan berkualitas, tanpa terhambat faktor ekonomi.
  • Penguatan pendidikan vokasi/kejuruan (pertanian modern, perikanan, pariwisata, teknologi digital).
  • Menguasai keterampilan abad 21: literasi digital, komunikasi, inovasi, dan kewirausahaan.

b.   Kemandirian Ekonomi

  • Pemuda menjadi penggerak UMKM, ekonomi kreatif, dan pertanian modern.
  • Dukungan akses modal, pelatihan bisnis, dan inkubasi startup lokal.
  • Lapangan kerja baru berbasis potensi daerah, agar pemuda tidak perlu merantau jauh.

c.   Kepemimpinan & Partisipasi Politik

  • Pemuda dilibatkan dalam pengambilan keputusan di tingkat desa, kecamatan, hingga kabupaten.
  • Tumbuhnya kader pemimpin muda yang jujur, visioner, dan berintegritas.

d.   Pelestarian Budaya & Identitas Lokal

  • Pemuda menjadi agen pelestarian bahasa Sunda Pajampangan, seni tradisi, dan adat istiadat.
  • Inovasi budaya dengan sentuhan modern agar tetap menarik bagi generasi sekarang.

e.   Religiusitas & Moralitas

  • Generasi muda tetap berpegang pada nilai agama dan akhlakul karimah.
  • Aktif di remaja masjid, pesantren kilat, dan kegiatan sosial keagamaan.

f.   Kesadaran Lingkungan

  • Pemuda sebagai garda depan pelestarian hutan, sungai, dan pantai.
  • Partisipasi dalam program reboisasi, daur ulang, dan ekowisata berbasis masyarakat.

g.   Kreativitas & Teknologi

  • Pemanfaatan teknologi digital untuk promosi pariwisata, produk lokal, dan edukasi.
  • Pemuda jadi kreator konten positif yang mengangkat citra Pajampangan ke tingkat nasional.

h.   Solidaritas Sosial & Kepedulian

  • Menumbuhkan kembali budaya gotong royong, silih asah, silih asih, silih asuh.
  • Pemuda sebagai relawan sosial, tanggap bencana, dan penggerak kemanusiaan.

Singkatnya, harapan masyarakat adalah agar generasi muda Pajampangan tumbuh cerdas, berdaya saing, religius, mencintai budaya dan alam, serta mampu menjadi motor pembangunan yang menyejahterakan daerahnya.


8.   Penutup

Harapan masyarakat Jampangkulon di masa yang akan datang adalah cerminan dari perpaduan antara masa lalu, masa kini, dan masa depan. Mereka tidak ingin tercerabut dari sejarah dan tradisi, tetapi juga tidak menolak perkembangan modernitas.

Dengan menjaga keseimbangan antara pembangunan, pendidikan, ekonomi, budaya, religiusitas, dan kelestarian alam, serta pemberdayaan generasi muda, masyarakat Jampangkulon berharap wilayahnya menjadi daerah yang maju, sejahtera, sekaligus tetap memegang teguh akar budaya dan nilai luhur leluhur.

Dengan dukungan pemerintah, dunia pendidikan, tokoh agama, budayawan, serta peran aktif generasi muda, masyarakat Jampangkulon berharap tercipta:
  • Perekonomian yang kuat dan mandiri, berbasis potensi lokal.
  • Pembangunan infrastruktur merata yang meningkatkan kesejahteraan.
  • Pertanian modern dan lestari dengan dukungan hutan dan irigasi yang terjaga.
  • Budaya dan religi yang tetap hidup, menjadi pedoman moral dan identitas.
  • Lingkungan alam yang terpelihara, demi keberlangsungan hidup generasi mendatang.
  • Generasi muda yang tangguh, kreatif, dan berdaya saing, sebagai motor penggerak kemajuan.

Harapan ini bukan hanya sekadar impian, tetapi menjadi arah perjuangan bersama untuk mewujudkan Pajampangan yang sejahtera, lestari, religius, dan berdaya saing, demi masa depan yang lebih baik.

Jampangkulon di masa mendatang diharapkan menjadi ruang hidup yang lebih layak: jalan-jalan desa yang tertata, sawah yang tetap hijau sekaligus produktif, pariwisata sejarah dan alam yang terkelola baik, serta masyarakat yang tidak hanya sejahtera secara materi, tetapi juga berakar kuat pada nilai-nilai moral, spiritual, dan kearifan lokal.

Namun, semua itu tidak akan terwujud jika masyarakatnya hanya menunggu. Harapan hanya bisa menjadi kenyataan melalui kerja keras, kolaborasi, serta keberanian untuk berubah tanpa melupakan jati diri. Seperti pesan leluhur: “Ngajaga lembur sarua jeung ngajaga diri,” menjaga kampung halaman sama artinya dengan menjaga martabat diri.

Maka penutup ini bukanlah akhir dari sebuah catatan, melainkan undangan. Undangan bagi setiap anak Jampangkulon untuk mengambil peran, sekecil apapun, dalam perjalanan sejarah panjang tanah kelahirannya. Karena Jampangkulon yang kita impikan di masa depan tidak lain adalah cerminan dari kerja, doa, dan cinta kita hari ini.

"Bersatu dalam Iman, Tangguh dalam Budaya, Maju dalam Pembangunan."

Moto ini mencerminkan keseimbangan antara iman (pondasi spiritual), budaya (identitas yang mengakar), dan pembangunan (kemajuan zaman). Dengan tiga pilar itu, Jampangkulon diharapkan menjadi masyarakat yang religius, berkarakter, sekaligus modern dan sejahtera.

"Jejak Jampangkulon adalah warisan, bukan hanya untuk dikenang, tetapi untuk dijaga dan diteruskan bagi generasi mendatang."


ALHAMDULILLAH





Di salin dari buku "Menelusuri Jejak Sejarah Jampangkulon"
Hak Cipta © Diarpus Kab. Sukabumi dan/atau Baladaka Surade

Demikian Catatan Kecil tentang :
Terima kasih atas kunjungannya dan "Selamat Berkreasi Semoga Sukses"

Selanjutnya 
« Prev Post
 Sebelumnya
Next Post »

Catatan Terkait



Harapan masyarakat Jampangkulon di masa yang akan datang