Piagam Ki Dipati Galunggung



2. PIAGAM KI DIPATI GALUNGGUNG




Naskah Piagam Ki Dipati Galunggung ditulis pada lempengan tembaga sebanyak 2 (dua) lempeng. Lempengan pertama (rekto) ada 4 baris, lempengan kedua (rekto) ada 5 baris, lempengan ketiga (verso) ada 4 baris, dan lempengan keempat (verso) ada 3 baris. Jadi jumlah susunan kalimat ada 16 baris. Naskah ini memiliki candrasangkala atau titimangsa pada hari Jumat sasih Jumadilahir tanggal pat likur tahun he titip.

Sampai tahun 2008 naskah tersebut masih tersimpan rapi oleh salah seorang ahli waris bernama Bapak Abdul Hamil (72 tahun) seorang mantan kepala Desa Buniwangi yang pertama. Beliau bertempat tinggal Kp. Sukamekar Desa Pasiripis Kecamatan Surade Kabupaten Sukabumi.

Naskah inipun telah ditranskripsi pada tahun 1977 oleh Bapak Drs. Saleh Danasasmita (Sejarawan Jawa Barat) serta memiliki kwalifikasi dengan tanda “TEMBAGA – III”.



Isi Naskah Piagam
Ki Dipati Galunggung


Isi Naskah Ki Dipati Galunggung adalah sebagai berikut:



Lempengan Pertama (Rekto/Muka) :
punika ingkang pikukuh kangjeng Ki
dipati galunggung kagaduh
hana dening pun kakang Alam milane
sun gaduh hi pakukuh da (ki ?)/kang?
Lempengan kedua (rekto/Muka) :
kang titiyang nenem
sumo, mardi )*, kasa, genah, hemi, sarak
sun titi(p) /pa/ paken hing wolung
ngawu ye(n) ana kang anisiku
di lan dadi /../d/ha/
Lempengan pertama (Verso/Belakang) :
Pikukuh manira wus maren ki alam
kata(m)-pa /da/ dening /h/ anak manira
pun wisaprana wus maren
pun wisaprana kata(m) pa de-
Lempengan Kedua (Verso/Belakang) :
ning) pun/a/ natawisa tatkala nurat
/h/ ing dina jumahat sasih jumadil
la/ha/hir tanggal pat likur tahun he. titip.
ooOoo


Terjemahan Naskah Piagam
Ki Dipati Galunggung



(1) Punika artinya Ini; (2) Ingkang artinya adalah; (3) Pikukuh artinya Surat pernyataan; (4) Kangjeng yaitu gelar panggilan untuk pejabat yang disegani, yang dihormati; (5) Ki adalah gelar panggilan kepada nama tokoh agar tidak terasa kasar, biasanya kepada nama tokoh yang sejajar dalam satu level jabatan, atau panggilan untuk yang disegani, dikagumi terhadap seseorang, mengingat yang dipanggil penuh kharismatik; (6) Dipati artinya Bupati; (7) Galunggung yaitu nama tempat di sekitar Ciamis, di lereng / di kaki/di pelataran Gunung Galunggung. Sekitar Kota Singaparna, Rajapolah, Cikohkol, Banjarsari; (8) Kagaduh artinya untuk diterima/dimiliki/ dipegang teguh; (9) hana artinya adanya; (10) dening artinya sebab, alasan/ beralasan juga untuk diketahui oleh seseorang; (11) pun artinya kata pernyataan; (12) kakang artinya kakaku, pun kakang alam artinya kakakku; (13) Alam yaitu nama seseorang/sesorang yang bernama Alam; (14) milane artinya yang juga diberi/menerima; (15) sun gaduhe yaitu yang juga memiliki (yang juga diberi tahu atau diberi piagam (tembusan) untuk dititipi putra-putranya; (16) titiyang artinya keturunan; (17) nenem yaitu enam orang, yakni : Sumo, Mardi, Kasa, Genah, Hemi, Sarak; (18) Sun titip yaitu Aku titipkan; sun titipaken yaitu aku titipkan untuk sesuatu; (19) hing artinya sampai; (20) wolu(ng?) artinya 8 (delapan); wolungawu artinya sampai suatu waktu/mereka dewasa. Dan jika terjemah Titip-p aken = amanat untuk suatu maksud; hing wolungawu = berpetualang kemanapun ia mau; (21) yen yaitu bahwasanya; (22) ana kang yaitu keberadaan mereka; dan bila dipadukan kata ana (dalam Bahasa Jawa ana=ono artinya jangan), jadi bila ana kang anisikudi = jangan ada yang mengganggu; (23) lan artinya dan; (24) dadi artinya jadi/kejadian, sebab musabab alasan diberikan surat/piagam; (25) Pikukuh yaitu surat; (26) wus maren yaitu sebelumnya telah diterima/diketahui oleh Ki Alam; (27) Katampa dening artinya sebab telah diterima pula; (28) anak manira artinya anaknya (manira=dianya/kata ganti orang ketiga); (29) Pun Wisaprana yaitu yang bernama Wisaprana; (30) wus maren yaitu dan juga telah diterima oleh/mengetahui sebelumnya; maren artinya waktu yang lalu. (maren=kemarin) pun Wisaprana (oleh Wisaprana); (31) dening pun Natawisa artinya juga oleh seseorang yang bernama Natawisa; (32) tatkala nurat yaitu sewaktu menulis; (33) ing dina yaitu pada; (34) jumahat artinya hari Jumat; (35) sasih = bulan; (36) Jumadilahir yaitu bulan Jumadilahir (nama bulan pada kalender Pranatamangsa-Jawa); (37) tanggal pat likur yaitu tanggal 24 (duapuluh empat); (38) Taun HE yaitu nama tahun. Pada setiap Windu ada 8 tahun dengan susunan : Tahun Alip, Tahun He, Tahun Jim awal, Tahun Je, Tahun Dal, Tahun Be, Tahun Wawu Dan Tahun Jim Akhir. Dan setiap setelah satu Windu kembali lagi ke taun Alip. Dengan nama–nama Windu ada Windu ADI, Windu Kuntoro, Windu Sengoro, dan Windu Senjoyo; (39) TITIP artinya Ketahuilah, Amanat ini.
(Diterjemahkan oleh Ki Kamaludin)

Naskah Piagam Ki Dipati Galunggung ini sebagaimana ditranskrif oleh Drs. Saleh Danasasmita, bahwa dengan melihat candrasangkala atau titimangsa tanggal 24 Jumadillakhir Tahun HE, bisa diperhitungkan dengan tahun atau kalender Masehi antara tepat hari Jumat, tanggal 8 Juli 1633 Masehi atau jika menurut siklus 120 tahun pertama SAKA JAWA juga adalah hari Jumat tanggal 10 Desember 1750 Masehi. Sebab setiap 120 tahun dalam siklus pertama ini permulaan tahun Alip selalu jatuh pada hari Jumat dan tanggal 24 Jumadilahir Tahun HE yang permulaan tanggal tahun HE selalu jatuh pada Hari Selasa, maka tanggal 24 Jumadilahir selalu jatuh pada hari Jumat. Dewasa ini siklus ketiga, Tahun Alip selalu jatuh pada hari Rabu pasaran Wage dan selanjutnya siklus 120 tahun yang akan datang akan jatuh setiap permulaan tahun Alip pada hari Selasa pada pasaran Pon.



Di salin dari "Buku Sejarah Surade"
Hak Cipta © Baladaka Surade - 0812 1984 3366

Demikian Catatan Kecil tentang :
Terima kasih atas kunjungannya dan "Selamat Berkreasi Semoga Sukses"

Selanjutnya 
« Prev Post
 Sebelumnya
Next Post »

Catatan Terkait



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan tulis komentar / saran-sarang yang membangun di sini !

Piagam Ki Dipati Galunggung