Sejarah Surade - Surah Rah Hadian











S ekitar tahun 1732-1751 Galuh Imbanagara dipimpin oleh seorang Bupati yang gagah, pemberani dan sakti. Beliau Raden Arya Adipati JAGABAYA. Perlu diketahui wilayah Galuh bagian Timur sebagian demi sebagian semakin digerogoti dan dikuasai Mataram, sedangkan bagian Utara sudah diincar dan direbut oleh VOC/Kompeni Belanda.Sehingga saat itu wilayah kekuasaannya semakin mengerucut.

Rd. Jagabaya sering merenung memikirkan keadaan pemerintahannya yang semakin hari semakin terpuruk karena kondisi rakyatnya yang kian melemah sehingga kian terdesak oleh musuh. Beliau merasa kewalahan karena untuk merebut kembali wilayah kekuasaannya dari Mataram dan Belanda sangat tidak mungkin. Sebab kekuatan Galuh semakin berkurang. Rakyatnya nampak lesu dan sering mengalami kelaparan. Prajuritnya nampak lemah karena kelelahan akibat sering berperang. Sedangkan pada saat itu sedang terjadi perang antara Mataram dengan kompeni akibat kompeni selalu ikut campur di wilayah pemerintahan kekuasaan Mataram.

Mohon maaf sedang dalam perbaikan/revisi, silahkan kunjungi lagi dilain waktu untuk mendapatkan Update terbaru



Hal yang patut kita renungkan :



  1. Sebuah amanat (pesan) dan ikrar yang terucap dari Rd. Suranangga atau yang dikenal dengan nama Eyang Santri Dalem Cigangsa, pada saat penamaan SURA RAH HADIAN untuk sebuah tempat yang kini dikenal dengan nama Surade. Amanat (pesan) dan Ikrar tersebut diantaranya sebagai berikut :
  2. Amanat Rd. Suranangga - Eyang Wira Santri Dalem Cigangsa:


    "Wahai seluruh saudaraku.....,
    eratkan tali persaudaran diantara kalian semua.
    Buanglah kebencian diantara kalian,
    tumbuhkanlah rasa kasih sayang diantara kalian.
    Karena dengan kasih sayang.....
    akan mengajari kita merasa kaya walau tanpa
    memiliki banyak harta benda.
    Dengan kasih sayang......
    akan memperoleh kemenangan tanpa merusak martabat lawan.
    Dengan kasih sayang......
    kita akan mendapatkan kesaktian walau tanpa aji mantra.
    Dengan kasih sayang kita akan berani tampil ke medan laga
    walau tanpa balatentara.
    Sebaliknya...dengan dendam serta kebencian...
    tak akan pernah mendapatkan hikmah dalam kehidupan ini.
    Luka, kecewa pada diri kalian jangan pindahkan
    menjadi milik orang lain.
    Ketahuilah...... bahwa sampai kapan pun
    tak akan ada orang yang bisa menentang kasih sayang!.



    Ikrar Rd. Suranangga - Eyang Wira Santri Dalem Cigangsa:


    Untuk aku...anakku...cucuku...serta keturunanku...
    mulai hari ini gelar ningratku akan aku tinggalkan.
    Sebab menurutku, gelar raden...walau tidak terukir
    di dalam namaku dan keturunanku,
    kelak...dikemudian hari aku akan menyaksikan
    bahwa tidak akan sedikit dari anak, cucu dan keturunanku,
    serta keturunan kalian semua...banyak yang akan menjadi
    pejabat yang arif, adil dan bijaksana di negeri tercinta ini.

    Rd. Suranangga sebagai tokoh pendiri Surade telah mengingatkan kita untuk mempererat tali persaudaraan dengan menumbuhkan rasa kasih sayang dan menjauhi rasa dendam. Amanat inilah yang patut kita renungkan dan kita realisasikan di kehidupan kita sehari-hari.
    Di sini kami mencoba menguraikan sedikit tentang pentingnya mempererat tali persaudaraan (ukhuwah islamiyah).
    Dalam Islam kita diajarkan untuk menghormati sesama muslim juga makhluk Allah lainnya. Sebagaimana Allah menjelaskan dalam Al-Qur’an Surah Al-Hujurat ayat 10 :
    Artinya: "Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara, karena itu damaikanlah kedua saudaramu (perbaikilah hubungan) dan bertakwalah kepada Allah agar kamu dirahmati."
    Rasulullah SAW juga bersabda, ada dua langkah manusia yang disukai Allah yaitu: (1) Langkah menuju masjid untuk sholat Fardhu. (2) Langkah menuju silaturahim kepada kerabat yang mahram.
    Menjalin silaturahim tak hanya mendatangkan manfaat di dunia, namun juga mendapat fadhilah (keutamaan) di Akhirat. Sehingga dalam perspektif syariat islam, menjalin silaturahmi hukumnya wajib bagi setiap muslim.
    HR. Bukhari dan Muslim : “Barangsiapa yang ingin diluaskan rezekinya dan dipanjangkan umurnya, maka sambunglah tali silaturahmi.”
    HR. Bukhari : “Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah ia menyambung tali silaturahmi.”

    Selain itu banyak sekali manfaat dari menjalin silaturahmi yang diantaranya : sebagai bentuk ketaatan kepala Allah SWT, menggugurkan dosa, dijauhkan dari api neraka, dipanjangkan umur dan dilapangkan rezeki, mendapat pahala, mendapat Rahmat Allah SWT dan menghilangkan perselisihan dan manfaat lainnya.
    Begitu pentingnya kita sebagai umat manusia ciptaan Allah untuk tetap menjalin dan mempererat tali persaudaraan/tali silaturahmi seperti yang di perintah oleh Allah SWT sebagai Sang Pencipta dan yang telah diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW, sebagai penuntun umat-Nya mendapat Rahmat dari Allah SWT.

    Jadi apa yang telah di amanatkan oleh Rd. Suranangga atau Eyang Santri Dalem Cigangsa semasa beliau masih hidup, dapat dijadikan pedoman hidup kita sebagai manusia, walaupun apa yang dikatakan beliau terucap 250 tahun (2008) yang lalu tapi masih tetap relevan dengan sekarang. Dengan kasih sayang hidup terasa indah tapi dengan dendam dan kebencian hidup akan berada dalam kenistaan.

    Selain itu beliau (Rd. Suranangga) menghilangkan gelar Raden pada namanya beserta anak, cucu dan keturunannya. Hal ini bertujuan supaya tidak ada jurang pemisah antara keturunannya dengan masyarakat. Namun, walaupun gelar Raden tidak terukir pada nama keturunannya tapi tidak akan sedikit dari mereka yang akan menjadi pejabat di negeri ini.

    Ucapan beliau mungkin terbukti dengan adanya 2 (dua) orang putra Jampangkulon dan Surade yang pernah menjadi pucuk pimpinan di Pemerintahan di wilayah Negara tercintan ini, Indonesia yaitu :

    Sumber : https://id.wikipedia.org

    Beliau keturunan Pangeran Hidayatullah dari Banjarmasin Kalimantan Selatan dan dibuang ke Cianjur, dan menikah dengan istri ke-duanya dari keturunan Eyang Surawiangga dan salah satu putranya adalah Bpk. Eddy Djajang Djayaatmadja.
    Mudah-mudahan ke depannya putra-putri keturunan pa-jampang-an bisa menjadi pucuk pemerintahan di Negeri ini. Dan selain itu masih banyak putra-putri Surade dan pa-Jampang-anyang menjadi pejabat pemerintahan maupun legislatif dan menjadi para pengusaha yang sukses di tingkat Kabupaten, tingkat propinsi bahkan nasional.


  3. Surade.
  4. Dari kata Surade kami garis bawahi kata Sura. Dalam makalah Seminar Penulisan Buku Sejarah Surade yang ditulis Anis Djatisunda yang mengutif pendapat seorang ahli bangsa Belanda J.C. Hageman (1867) beranggapan kata Sura merupakan ciri khusus untuk Keraton para Raja Sunda. Anggapan dia demikian berdasarkan hasil temuan pada nama-nama Keraton Kerajaan Klasik di Jawa Barat seperti Surawisesa (keraton Kawali), Suradipati (salah satu keraton Pakuan Pajajaran), Surasowan (Keraton Banten), Surakarta (keraton kerajaan kecil di daerah Jakarta), Suradita (keraton kerajaan kecil di daerah Tangerang).

    Lalu kata Sura pada nama Surade, apakah merupakan cikal bakal berdirinya sebuah kerajaan atau pemerintahan ?. Wallahu alam. Kita sampai keturunan berikutnya yang bisa membuktikannya ke depan.

    Ada pula para leluhur yang mengatakan bahwa kata Surade sebagai siloka dari Kota kecil atau kota bungsu (terakhir). Menurut cacandran bahwa Surade suatu saat nanti akan menjadi sebuah kota yang menyerupai kota Jakarta. Apakah ini juga akan terbukti?
    Wallahu alam.



  5. Kota Nagreug
  6. Rd. Surabujangga, Rd. Surawiangga dan Rd. Suranangga pada saat bercengkrama dengan keluarganya di tempat peristirahatan yaitu sebuah dangau (saung ranggon), mereka mempunyai angan-angan atau harapan untuk mendirikan kadaleman yang baru dengan pusat kota pemerintahannya akan diberi nama Kota Nagreug (Nagri Reugreug=negeri yang kuat, aman, tentram, sentosa, subur makmur gemah ripah lohjinawi).

    Kata Nagreug. Apakah menunjukkan kp. Nagreug sekarang yang berada di Kecamatan Surade akan menjadi pusat keramaian pemerintahan ? atau simbol dari sebuah keadaan bahwa Surade akan hidup kuat, aman, tentram, sentosa, subur makmur.



  7. Kadaleman.
  8. Kadaleman sebuah nama perkampungan sebagai perlambang bahwa tempat tersebut merupakan tempat para bangsawan bermukim bahkan sampai meninggalnya di tempat ini. Lalu kita telaah kembali bahwa Rd. Suranangga pernah menanamkan batu indung lembur di Pasiripis desa Kadaleman sebagai tanda berdirinya sebuah kampung yang bernama Sura Rah Hadian yang kini dikenal dengan nama Surade.

    Pada tahun 1811 sampai 1843, pusat pemerintahan Desa Wanasari Kecamatan Waluran Kewedanaan Bojonglopang Kabupaten Cianjur berada di Kp. Pasiripis, termasuk desa Kadaleman sekarang. Desa ini merupakan desa yang pertama di wilayah Jampangkulon.

    Gambaran kehidupan yang disampaikan orang tua terdahulu pada anak cucunya selalu menggunakan siloka atau simbol-simbol. Untuk mengetahui arti dari simbol tersebut kita diharapkan menafsirkan kemudian merenungkan dan memahaminya agar tidak tersesat di kemudian hari.

    Hanya Tuhan Sang Pencipta yang lebih tahu segala sesuatu yang akan terjadi di dunia ini. Manusia hanya mempunyai angan-angan dan harapan, Tuhanlah yang menentukan.

ooOoo

Di salin dari "Buku Sejarah Surade"
Hak Cipta © Baladaka Surade - 0812 1984 3366

Demikian Catatan Kecil tentang :
Terima kasih atas kunjungannya dan "Selamat Berkreasi Semoga Sukses"

Selanjutnya 
« Prev Post
 Sebelumnya
Next Post »

Catatan Terkait



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan tulis komentar / saran-sarang yang membangun di sini !

Sejarah Surade - Surah Rah Hadian