Penetapan Hari Jadi Nama Surade











Dengan Rahmat Allah Subhanahu Wa ta’ala serta bertitik tolak kepada momentum peristiwa Rd. Surabujangga yang berani berkorban demi perdamaian dan demi kesucian untuk persaudaraan sehingga meninggal pada tanggal 2 syuro tahun wawu, maka berdasarkan Surat Pernyataan Bersama Masyarakat Warga Surade tentang Penetapan Hari Jadi Surade, Berita Acara Penetapan Hari Jadi Surade dan secara resmi telah ditandatangani oleh Bupati Sukabumi, Drs. H. Sukmawijaya, M.M pada tanggal 17 Desember 2008 pada saat peresmian Kelurahan Surade yang dirangkaikan dengan Sosialisasi Asal Usul Nama Surade serta peresmian fisik monumental gedung kantor Desa Sirnasari dan Desa Cipeundeuy, maka asal usul nama Surade berasal dari SURA RAH HADIAN dan hari Jadi Nama Surade pada hari Selasa, tanggal 5 Desember 1758 M secara resmi telah syah dan diakui oleh masyarakat Surade dan Pemerintah Daerah Kabupaten Sukabumi.



Prolog Penetapan Hari Jadi Surade


Hari jadi Nama Surade, tidak terlepas dari perjalanan panjang anak-anak baladaka surade dalam menelusuri kapan lahirnya nama Surade?

Hal ini bukan perkara yang mudah bagi kami yang lahir di abad 20-an. Namun kami mempunyai tekad yang bulat untuk menelusuri Hari Jadi Nama Surade dengan segala upaya dan kemampuan kami yang sangat terbatas. Namun kami mempunyai keyakinan bahwa Hari Jadi Nama Surade akan terungkap.

Dengan motivasi yang tinggi dari para sesepuh Surade terutama yang hadir pada saat Seminar penulisan buku Sejarah Surade yang dilaksanakan pada hari Minggu, 22 Juni 2008 di Desa Kadaleman serta dorongan yang kuat dari Bpk. Hendra Permana, S.Sos, MM (Anggota DPRD Kabupaten Sukabumi, 2008), Bpk. Drs. Suherwanto selaku camat Surade tahun 2008 dan Bpk. Soleh Iskandar, S.Pd yang saat itu menjabat selaku Kepala UPTD Pendidikan dan Kebudayaan Kecamatan Surade, dan beliau juga merupakan salah seorang keturunan Eyang Santri Dalem Cigangsa.

Dalam penelusuran hari Jadi Nama Surade, kami dibimbing langsung oleh Ki Kamaludin dan sebagai Narasumber serta oleh Ki Anis Djatisunda (budayawan Jawa Barat).

Dalam penelusurannya memang cukup sulit untuk kami mencari data yang akurat (secara tertulis) tentang hari jadi Surade, hal ini kami maklumi bahwa Surade sebagai etnik sunda mempunyai tradisi budaya masa lalu, dalam mendokumentasikan peristiwa sejarahnya, selain lewat prasasti-prasasti batu ataupun naskah-naskah lontar dan artefact-artefact primer lainnya, tidak sedikit yang dituturkan turun temurun secara “oral” (dari mulut ke mulut), berupa cerita-ceruta Pantun, Babat, Dongeng Sasakala (Toponimi) dan sebagainya.

Namun kami terinspirasi oleh salah satu sampel ditemukannya Hari Jadi Bogor, sebagaimana yang dituturkan oleh Ki Anis Djatisunda (Budayawan Jawa Barat) dalam makalah Seminar Penulisan Buku Sejarah Surade, menyatakan bahwa Momentum Hari Jadi Bogor diambil dari tulisannya Sejarah primer Pustaka Wangsakerta. Yakni peristiwa penobatan Sri Baduga Maharaja (Prabu Siliwangi) sebagai Raja Sunda di Pakuan tahun Saka 1404 = 1482 M. Sedangkan sumber penanggalannya ditemukan pada Upacara Kuweri Bakti dalam cerita Pantun Bogor. Mengingat lewat sumber sejarah Pustaka Wangsa Kerta teramat sulit untuk menghitung penanggalan dan bulan kejadiannya.

Penanggalan Bulan Pajajaran menurut berita Pantun menggunakan Purnimanta. Yaitu menghitung tanggal 1 awal bulan (pratipada) dari bulan purnama penuh (krisna paksa) berakhir pada waktu bulan tidak tampak di langit, tanggal 30. Tidak menggunakan sistem Amanta dari bulan gelap ke purnama (Suklapaksa) sebagaimana lajimnya kalender lain.

Melalui sumber pantun inilah akhirnya ditemukan Hari Jadi Bogor (Kota/Kabupaten) jatuh pada tgl 3 Juni 1482 Masehi. Suatu pembuktian bahwa sumber cerita Pantun non literer (tanpa naskah tertulis) cukup akurat untuk dijadikan sumber penulisan sejarah.

Jadi apabila melihat Hari Jadi Bogor seperti yang diuraikan oleh Ki Anis Djatisunda seperti di atas, jelas tidak berdasarkan catatan yang konkrit/akurat, namun diambil dari cerita pantun dimana ceritra dalam pantun tersebut bisa atau mampu menggambarkan kisah hari jadi Kota/Kab. Bogor yang diakui oleh semua kalangan dan pemerintah.

Begitu juga dengan Hari Jadi Nama Surade, tidak berdasarkan catatan yang konkrit namun ada beberapa data yang dapat kami jadikan acuan untuk menentukan hadi jadi nama Surade.


Dasar Penentuan Tanggal
Hari Jadi Nama Surade


Dari beberapa data yang kami peroleh dari beberapa sumber, maka dapat kami simpulkan sebagai landasan untuk menentukan Hari Jadi Nama Surade adalah tanggal :

2 bulan Syuro tahun Wawu

(Kalender Jawa)

Adapun dasar-dasar bahwa tanggal 2 syuro tahun wawu dijadikan patokannya, hal ini berdasarkan kepada :

  1. titimangsa surat yang ditulis Rd. Suranangga yang dititipkan kepada Rd. Soka Surya Kusumah (Rd. Sokawidana) untuk disampaikan kepada Rd. Adipati Jagabaya (orang tua Rd. Suranangga, beliau seorang bupati galuh Imbanagara dari tahun 1732-1751, sumber : Majalah Kawit, Kanwil Jabar tahun 1974).
    sumber majalah : Ki Kamaludin
  2. Pada Buku Hideung (karena berwarna hitam) terdapat surat yang ditulis Suranangga untuk ayahnya Rd. Jagabaya di Kp. Pamungguan, Ciamis. Surat tersebut ditulis pada lontar (gebang) dimana tertulis “tatkala nurat ping duwa syuro tahun wawu, nulya sampun manjing agama suci” (tatkala=waktu; nurat=nulis; ping=tanggal; Duwa=dua; Syuro=Muharam; Tahun Wawu=tahun wawu pada windu; nulya=lalu; sampun= sudah (mungkin wafat beliau); manjing=masuk golongan; agama suci=golongan agama suci/khusnul hotimah).

    Adapun isi surat tersebut seperti yang tertulis pada buku Hideung yaitu :
    “Rahadian jaya metu te twah kahibas ratu jati pangeran, ka sira sakabeh rahadian sup kanu leubeut metu sakti. Titip. Samarit musuh lebureun wargine lan tana imbanagara. Kapan nyata sura rah hadian wargine jagabaya, jabang metu saking imbanagara nu metu mitilar ka jatining jatine. Jamak da panata ing pangeran. Hana raneh dulu malim kasih milang bakaling ratu dadi suluh lawan musuh. Bur !”

    Buku hideung tersimpan di Ki Cece/Ki Saja (katelah ku anak bernama Saja) di Kp. Cileutak Desa Gunungsungging. Namun sayang buku tersebut sekarang berada di Kalimantan (di ahli warisnya).
    Buku Hideung pernah dibawa oleh para sejarawan Jawa Barat dan sebagian isinya telah disadur oleh Ki Kamaludin (1975).
  3. Penamaan sebuah kampung yang bernama Sura Rah Hadian yang kini dikenal dengan nama SURADE, kalau melihat surat yang ditulis oleh Suranangga untuk ayahnya tertulis titimangsa 2 syuro tahun wawu.
  4. Penanaman batu biang (batu Indung Lembur) yang dilakukan oleh Rd. Suranangga di Kp. Cigodobros (Kateu-Kelurahan Surade) dan di Pasiripis Desa Kadaleman. Batu Indung Lembur merupakan batu yang ditanam sebagai tanda berdirinya sebuah kampung. Penanaman batu indung lembur tersebut terjadi setelah peristiwa meninggalnya Surabujangga dan apabila dikaitkan dengan kejadian tersebut hal ini terjadi pada tanggal 2 syuro tahun wawu.
    Sumber Ki Kamaludin
  5. Acara Ngukuluan (upacara nyebor) yang pertama kali dilakukan oleh Rd. Suranangga di Kp. Cigodobros yaitu setelah menanam batu indung lembur dilanjutkan dengan penyiraman batu indung lembur tersebut. Hal ini juga sama dengan kejadian seperti diatas yaitu terjadi pada tanggal 2 syuro tahun wawu.
    Upacara nyebor di Surade dilaksanakan setiap tanggal 2 syuro dan terakhir dilaksanakan pada tahun 1974.
    Sumber Ki Kamaludin
  6. Hal ini sesuai dengan temuan sebuah tim penggali sejarah Jawa Barat dari IKIP/UPI Bandung yang dilaksanakan pada tanggal 8 Agustus 1970, yang terdiri dari : 1. Drs. Edi Azhar, bahkan beliau pernah menjabat kepala Kanwil Depdikbud Jabar; 2. Drs. Syafei; 3. Drs. Kosoh S; 4. Nunung Suwaya (Kepala Kebudayaan Kabupaten Sukabumi), 5. Anis Dajtisunda (Budayawan Jawa Barat), dalam penelusuran Sejarah Surade.




Penghitungan Tanggal
Hari Jadi Nama Surade


  1. Tanggal 2 Syuro sama dengan tanggal 2 Muharam, sebab tanggal 1 Syuro = 1 Muharam, berupa penetapan Sultan Agung Mataram 1568 M, yakni perubahan dari upacara Sivaratri (penebusan dosa).
  2. Tanggal 2 Syuro tahun Wawu atau tanggal 2 Muharam 1179 Hijriyah atau pada kalamangsa ”Taya Tangan Pangawasa Wisesa” bertepatan dengan hari Anggara, tanggal 20 wulan Kapat Purnimanta (Krisnapaksa) sama dengan tanggal Catur wulan Kalima Amanta (Suklapaksa), candrasangkala Nora Hasta Sad Rahayu = 1680 tahun Saka (kalender Sunda). Bertepatan dengan hari Selasa, tanggal 5 Desember 1758 Masehi.
    (Perhitungan/Terjemahan Anis Djatisunda).
Hari Anggara = hari Selasa
Tanggal Catur = tanggal 4
Wulan Kalima = bulan kelima
Purnimanta = penanggalan awal bulan dihitung dari bulan purnama penuh sampai menjelang purnama lagi, disebut pula Krisnapaksa atau Paro Peteng. (Menurut Anis Djatisunda, sistem penanggalan Purnimanta pernah digunakan pada kalender Sunda Pajajaran).
Amanta = penanggalan awal bulan dihitung dari bulan sabit sampai purnama berakhir menjelang bulan sabit lagi (bulan gelap), lajim disebut pula Suklapaksa atau Paro Terang.

Hari Selasa, tanggal 5 Desember 1758 Masehi merupakan titimangsa penanaman “Mungkal Biang” (Batu Indung Lembur) sebagai tanda berdirinya sebuah tempat bernama Sura Rah Hadian, yang kini disebut Surade, serta merupakan titimangsa adanya upacara Nyebor.

Kalender bulan Desember tahun 1758 Masehi




Sosialisasi Penetapan
Hari Jadi Nama Surade


Untuk mendapatkan legitimasi dan pengakuan dari masyarakat Surade tentang Penetapan Hari Jadi Surade maka diawali dengan pelaksanaan Sosialisasi Penetapan Hari Jadi Nama Surade yang dilaksanakan di Aula Kantor Kecamatan Surade pada hari Selasa, 22 Juli 2008. Dan sebagai bukti sejarahnya adanya daftar hadir seperti berikut ini :

Dalam penyebarluasan informasi kepada masyarakat tentang hari Jadi Nama Surade, kami membuat brosur dan disebarkan kepada masyarakat Surade khususnya serta meminta persetujuan dari warga masyarakat.

Brosur


Pernyataan Bersama Warga Masyarakat Surade
tentang Penatapan Hari Jadi Surade

dokumen yang ada/tersisa dan tersimpan di baladaka surade


Penandatanganan Berita Acara
Penetapan Hari Jadi Surade

Pada hari Minggu, 17 Agustus 2008 merupakan hari Kemerdekaan Negara Republik Indonesia yang ke 63. Perayaan hari Kemerdekaan di Kecamatan Surade, sangat meriah dan dilaksanakan di Lapang Lodaya Setra Surade.

Hari tersebut bagi masyarakat Surade mengikuti upacara Perayaan Kemerdekaan Republik Indonesia yang ke 63 dengan penuh hidmat. Selesai Upacara, dilanjutkan dengan pembacaan Sejarah Surade, sekaligus Penandatanganan Berita Acara Penetapan Hari Lahir Nama Surade. Masyarakat Surade menyambut dengan riang gembira.

Dengan ditandatanganinya Berita Acara Penetapan Hari Jadi Surade oleh Penggagas; Dede Jamaludin (Kp.Babakan Baru-Jagamukti), Ki Kamaludin sebagai Narasumber (Kp. Pasirkarang-Gunungsungging), Soleh Iskandar, S.Pd (Kepala UPTD Pendidikan dan Kebudayaan Kecamatan Surade, Ki Anis Djatisunda (Budayawan Jawa Barat), T. Daulay, S.H (Kapolsek Surade), Drs. Suherwanto (Camat Surade), dan Nung Nurhayati (Kabid Bina Kebudayaan Dinas Pendidikan Kabupaten Sukabumi), maka secara legalitasnya bahwa hari Jadi Nama Surade yaitu tanggal 5 Desember 1758 M.

Penggagas : Dede Jamaludin
Narasumber : Kamaludin
Kepala UPTD P & K Kec. Surade :
Soleh Iskandar, S.Pd
Konsultan (Budayawan Jawa Barat) :
Anis Djatisunda
Kapolsek Surade :
T. Daulay

Kabid Bina Kebudayaan
Dinas P & K Kab. Sukabumi:
Nung Nurhayati, M.Pd
Camat Surade : Drs. Suherwanto

Penetapan Hari Jadi Surade

Penetapan Asal Usul Nama Surade dan Penetapan Hari Jadi Surade, dilaksanakan pada hari Rabu, 17 Desember 2008, bertepatan dengan peresmian Kelurahan Surade yang ditandatangani oleh oleh Bupati Sukabumi, Drs. H. Sukmawijaya, M.M.

Dengan demikian bahwa Asal Usul Nama Surade berasal dari kata SURA RAH HADIAN dan Penetapan Hari Jadi Surade terjadi pada hari Selasa, 5 Desember 1758 M secara resmi dan sah diakui oleh masyarakat dan Pemerintah Daerah Kabupaten Sukabumi.

Di salin dari "Buku Sejarah Surade"
Hak Cipta © Baladaka Surade - 0812 1984 3366

Demikian Catatan Kecil tentang :
Terima kasih atas kunjungannya dan "Selamat Berkreasi Semoga Sukses"

Selanjutnya 
« Prev Post
 Sebelumnya
Next Post »

Catatan Terkait



Penetapan Hari Jadi Nama Surade